Ada Perbedaan yang Tak Bisa Menyatukan

Selamat sore, Tuan A.

Sudah lama sejak terakhir kali aku menulis untukmu. Semoga yang ini yang terakhir ya.

Sudah lama juga sejak terakhir kali kita benar-benar bicara.

Tapi ya sudah, tidak usah diingat-ingat lagi. Aku sedang berusaha untuk tidak selalu memikirkan hal-hal yang telah kulalui.

Tiba-tiba hari ini benakku dipenuhi olehmu. Dipenuhi tentang kenangan yang aku punya tentang dirimu. Untuk kali ini aku sadar, terlampau banyak perbedaan di antara kita.

09450_HD***

Kata orang, perbedaan adalah hal yang bisa menyatukan dua orang asing. Perbedaan bisa mengisi ruang-ruang kosong yang selama ini tak terjamah.

Di antara kita, banyak sekali perbedaan. Mungkin kesamaan kita adalah hal-hal yang memang merupakan ‘keseragaman’ di antara lautan manusia di negara dan di bumi ini. Kupikir tidak ada masalah kalau ada banyak perbedaan yang terbentang di antara kita.

Dan memang betul, perbedaan tersebut tidak menjadi masalah di antara kita. Tapi mungkin, dua manusia yang dihadapkan pada perbedaan yang ada, tidak bisa menyesuaikan diri dengan kondisi tersebut.

Aku mencoba, barang kali perbedaan itu memang sewajarnya ada. Mungkin perbedaan itu justru bisa menyatukan kita. Membuat aku dan kau sama-sama mengerti tentang diri masing-masing.

Ketika kita memang tak berhasil, seorang temanku berkata padaku, “Udahlah, jangan sama dia. Mending sama si A aja, yang jelas-jelas cocok sama lo.”

Aku tau maksudnya. Si A yang dimaksud adalah orang yang punya banyak kesamaan denganku dibanding kau.

Lalu kata-kata itu mengendap selama beberapa hari di benakku. Hingga aku akhirnya ‘cukup’ sependapat dengannya.

Ada perbedaan yang tak bisa menyatukan—khususnya menyatukan kita. Mungkin hanya aku saja yang terlalu ngotot untuk memaksa takdir agar perbedaan itu bisa menyatukan kita. Mungkin memang sudah sewajarnya kita begini, hanya saling kenal dengan interaksi sekadarnya.

Tak selamanya dua hal yang berbeda akan menyatu jika disatukan. Seperti minyak dan air.

Kita bukan air dan gula, yang akan menyatu dalam beberapa adukan baik yang searah maupun yang tidak searah jarum jam.

Kita hanya minyak dan air, dua hal yang tidak bisa menyatu jika dipertemukan dalam satu kondisi.

***

Terlalu banyak kata ‘mungkin’ yang kulontarkan akhir-akhir ini. Terlalu banyak orang yang memandang sebelah mata mengenai perasaanku padamu. Mungkin mereka benar, aku tak pantas punya perasaan seperti ini.

Jadi, tenanglah. Aku sedang berusaha mengalihkan perasaan ini. Entah ke mana. Mungkin ke orang lain. Tapi mungkin juga tidak. Aku belum siap untuk terluka lagi—untuk ke sekian kalinya.

Ada perbedaan yang tak bisa menyatukan.

Tapi mungkin bisa membuat kita berjalan beriringan, walau tidak selamanya bersama.

Teruntuk Tuan A,

 

dari orang yang akhirnya sadar bahwa kita terlalu berbeda.

17.25

07-07-2015

Leave a comment